Salah satu persoalan pendidikan yang sedang dihadapi bangsa kita adalah persoalan mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan. Berbagai usaha telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional, antara lain melalui berbagai pelatihan dan peningkatan kompetensi guru, pengadaan buku dan alat pelajaran, perbaikan sarana dan prasarana pendidikan, dan meningkatkan mutu manajemen sekolah. Namun demikian, Indikator mutu pendidikan belum menunjukkan peningkatan yang berarti. Sebagian sekolah, terutama di kota-kota, menunjukkan peningkatan mutu pendidikan yang mencakup menggembirakan, namun sebagian besar lainnya masih memprihatinkan.
Munculnya paradigma guru tentang manajemen berbasis sekolah yang bertumpu pada penciptaan iklim yang demokratis dan pemberian kepercayaan yang lebih luas kepada sekolah untuk menyelenggarakan pendidikan secara efisien dan berkualitas. Hal ini sangat diepengaruhi oleh gaya kepemimpinan di sekolah.
Seperti disebutkan Hersey dan Blanchard “kepemimpinan adalah proses mempengaruhi aktivitas seseorang atau kelompok untuk mencapai tujuan dalam situasi tertentu”. Overton berpendapat : “ leadership is ability to get work done with and through others while gaining their confidence and cooperation”. Pendapat pertama menekankan makna kepemimpinan sebagai proses mempengaruhi orang lain mencapai tujuan dalam suatu situasi. Sedangkan pendapat kedua menekankan fokus kepemimpinan terhadap kemampuan seseorang memperoleh tindakan dari orang lain. Dengan begitiu hakikat kepemimpinan juga merupakan kemampuan mempengaruhi orang.
Kendala-kendala yang terjadi di sekolah dengan krisis kepemimpinan sekolah saat ini menjadi alasan yang sangat kuat kelahiran program School for Principal – Dompet Dhuafa yang berkhidmat untuk meningkatkan kapasitas kepemimpinan kepala sekolah melalui keterampilan managemen dan supervisi pembelajaran. Harapannya adalah terciptanya kepemimpian sekolah dan kependidikan yang berdaya guna membangun kualitas sekolah dengan tujuan terwujudnya kepala sekolah yang memiliki kompetensi dasar, baik kompetensi dasar mengajar maupun kompetensi kepala sekolah serta kompetensi penunjang lainnya sehingga dapat menjalankan tugas memimpin sekolah. Kedua, membekali pengetahuan, pemahaman dan pengalaman praktis, efektif, efisien dan terarah bagi kepala sekolah dalam memimpin dan mengembangkan sekolah.
Selama kurang lebih 3 bulan pendidikan kepala sekolah di School for Principal peserta dibekali dengan materi dasar, materi lanjutan dan pembiasaan. Untuk memenuhi materi tersebut diturunkan menjadi lima tahapan. Pertama, workshop atau training diberikan classical atau outdoor dengan seorang trainer /mentor yang mengampu bidangnya. Adapun muatan training / workshop adalah: supervisi pengajaran dan evaluasi kinerja guru, penelitian tindakan sekolah, budaya sekolah, manajemen sekolah dan pengembangan kurikulum.
Kedua, Principal back to School (PBS) merupakan kegiatan praktek lapangan di sekolah untuk mempertajam keterampilan supervisi, menganalisa masalah di sekolah dan mengenalkan budaya sekolah dalam meningkatkan profesionalisme guru melalui pendampingan fasilitator dengan muatan: penilaian kinerja guru, forum diskusi sekolah dan proyek sosial
Ketiga, apel pagi yang bertujuan untuk meningkatkan kedisiplinan dan sebagai wadah informasi pengelola program dengan peserta program.
Keempat, Military Supercamp dengan tujuan untuk membentuk kepribadian disiplin, tim building, kesiapsigaan peserta SGI dalam rangka menumbuhkan profesionalisme keguruan.
Kelima, Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Sekolah (PPMBS) adalah konsep pemberdayaan berbasis sekolah, dimana peserta SGI membuat pemberdayaan masyarakat umumnya dan orangtua murid khususnya dalam ruang lingkup sekolah untuk perbaikan pendidkan.
Di akhir program, peserta diberikan tahap evaluasi melalui ujian sumatif, observasi lapangan dan ujian penelitian tindakan sekolah. Evaluasi bertujuan untuk mengetahui adanya peningkatan pengetahuan peserta SGI sesudah perkuliahan dibandingkan dengan sebelum perkuliahan, Mengetahui keberhasilan program, Mendapatkan masukan dalam rangka penyempurnaan penyelenggaraan program dimasa yang akan datang.
About the author