Sungguminasa- Eni, itu nama lengkapnya. Wanita berumur 50 tahun ini tinggal di Sungguminasa, Gowa, Sulsel.
Ibu Eni sehar-hari hidup sebagai pembantu rumah tangga, bersama anaknya yang masih pelajar juga tinggal menumpang di rumah majikannya sebagai pembantu rumah tangga.
Eni sebagai seorang Janda sudah lama ditinggal Almarhum suaminya tanpa meninggalkan harta maupun warisan apapun melainkan beberapa anak yang ia miliki saat ini. Setelah lama menjanda dan tak punya kerjaan serta memiliki tanggungan keluarga yang harus diberi makan, akhirnya memaksa dirinya mencari pekerjaan apapun termasuk menjadi pembantu rumah tangga demi menghidupi anak-anaknya.
Setelah lama mencari pekerjaan akhirnya ia mendapatkan kerjaan sebagai pembantu rumah tangga. Di rumah itu, ia bersama anaknya yang yatim kemudian tinggal menumpang hingga saat ini yang sudah sekitar 10 Tahun lamanya. Di rumah itu juga ia membersihkan, memasak, dan membantu menjaga anak-anak majikannya.
Meski hanya sebagai pembantu, ia bercita-cita bisa mandiri dan punya tempat tinggal sendiri. Maka diantara anak-anaknya ada yang bersekolah dan ada juga yang sudah putus sekolah. Agar anaknya yang lain tidak putus pendidikannya ia berusaha memenuhi pembiayaan anaknya agar kelak anaknya bisa merubah nasibnya dan mengharap anak tidak seperti dirinya sebagai pembantu. Ia juga didukung oleh Majikannya dengan bantuan biaya sekolah yang diberikan majikannya.
Sebagai seorang janda sekaligus pembantu rumah tangga tentunya menjadi mustahil untuk membiayai anak-anaknya yang masih sekolah. Sekadar untuk mencukupi kebutuhan sehari-sehari, Eni juga mencoba mencari nafkah dengan jalan berjualan kue. Meskipun demikian ia juga diberi bantuan oleh majikannya termasuk membiayai sekolah anaknya. Meski sebagai pembantu di rumah orang, ia diberikan kesempatan berjualan oleh majikannya dengan syarat pekerjaannya sebagai pembantu di rumah tersebut harus selesai. Ibu Eni pun memanfaatkan waktu tidurnya untuk untuk membuat kue dimana orang lain sudah tidur dan istirahat. Terkadang ia juga tidak tidur sampai pagi karena membuat kue kemudian menjualnya. Setelah menjual kue ia kembali ke rumah untuk menjadi pembantu rumah tangga.
Terkadang dia terseok, tertatih, dan nyaris putus asa menghadapi ujian hidup ini. Lebih-lebih, beberapa waktu ini, pendapatan dari berjualan kue semakin menipis. Ditambah biaya sekolah anaknya yang harus ia biayai dari hasil penjualan kue yang berasal dari modal usahanya, tentunya membuat usaha kue terkadang terganggu karena digunakan untuk keperluan lain termasuk biaya sekolah anak-anaknya. Akan tetapi biaya sekolah anaknya juga kadang dibantu oleh majikannya.
Demi mandiri, ia coba mencari pinjaman, namun tak jua dia dapatkan. Hingga pada saat yang sama ada tim Dompet Dhuafa yang mendengar kabarnya. Mendengar hal itu kemudian tim program Dompet Dhuafa dengan melakukan survei dan assesment.
Pada Jumat, 11 November 2016 lalu, setitik harapan dan cita-cita Eni kembali. Melalui program STF Dompet Dhuafa Sulsel memberikan bantuan modal usaha untuk Eni menjalankan usaha jualan kue. Kini Eni kembali melangkah dengan semangat yang lebih baru denagn besar harapannya ia bisa mandiri dan bisa membuat anaknya tetap melanjutkan pendidikan.
Membantu sesama itu merupakan kewajiban bersama. Membantu yang kurang mampu adalah tugas kita bersama, karena derita mereka adalah derita kita juga. Saat kita dicukupkan, disitulah kita berbagi. Eni dan mereka-mereka yang kurang beruntung adalah keluarga kita.
Mari terus membentang kebaikan dengan peduli dan berbagi pada sesama.
***
Zakat Dompet Dhuafa: Mandiri 801.004.8527
Sedekah Dompet Dhuafa: BNI Syariah 015.938.7145
(0411) 45906 atau 0853 7321 1111
Dompet Dhuafa Sulsel
Jl. Abdullah Daeng Sirua 170 A, Makassar