Indonesia sebagai negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia memiliki potensi besar dalam pengembangan ekonomi berbasis syariah. Salah satu instrumen penting dalam ekosistem ekonomi Islam adalah zakat, yang tak hanya menjadi kewajiban ibadah, namun juga memiliki dampak sosial dan ekonomi yang sangat luas.
Di tengah tantangan global seperti perlambatan ekonomi dunia, krisis pangan, dan dampak perubahan iklim, Indonesia mencatat pertumbuhan ekonomi yang cukup stabil. Namun, di balik angka-angka makro tersebut, ketimpangan dan kemiskinan masih menjadi tantangan serius. Oleh karena itu, peran zakat menjadi sangat relevan dan strategis untuk mendorong keadilan distribusi kekayaan, mengurangi kemiskinan, dan memperkuat ekonomi dari akar rumput.
Potret Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Saat Ini
Pada tahun 2025, perekonomian Indonesia menunjukkan tanda-tanda pemulihan pascapandemi COVID-19 yang melanda dunia sejak 2020. Berdasarkan data terbaru Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di kisaran 5,1% pada triwulan kedua tahun 2025, dengan kontribusi utama dari konsumsi rumah tangga, sektor industri pengolahan, dan ekspor.
Investasi juga menunjukkan peningkatan, terutama di sektor infrastruktur dan digitalisasi. Namun demikian, tantangan struktural seperti pengangguran, ketimpangan antarwilayah, dan kemiskinan ekstrem masih membayangi. Pemerintah telah mengalokasikan berbagai anggaran untuk perlindungan sosial, namun tidak cukup bila hanya mengandalkan sumber APBN.
Di sinilah zakat hadir sebagai potensi kekuatan sosial yang mampu memperkuat ekonomi kerakyatan, terutama di sektor informal dan wilayah tertinggal.
Zakat dalam Konteks Ekonomi Nasional
Zakat merupakan salah satu rukun Islam yang wajib ditunaikan oleh setiap Muslim yang telah memenuhi syarat kepemilikan harta (nisab) dan waktu (haul). Dalam konteks ekonomi, zakat berperan sebagai alat redistribusi kekayaan dari kelompok mampu (muzakki) kepada kelompok kurang mampu (mustahik). Ini membuat zakat menjadi instrumen keuangan sosial yang sangat strategis dalam menciptakan keadilan ekonomi.
Menurut estimasi BAZNAS (Badan Amil Zakat Nasional), potensi zakat nasional mencapai lebih dari Rp 327 triliun per tahun. Namun, realisasi penghimpunannya masih sangat rendah, yaitu sekitar Rp 30 triliun atau kurang dari 10% dari potensi yang ada. Ini menunjukkan adanya ruang besar yang belum tergarap dalam optimalisasi zakat nasional.
Salah satu tantangan utama dalam pengumpulan zakat adalah rendahnya literasi zakat di kalangan masyarakat, minimnya kepercayaan kepada lembaga pengelola zakat, serta kurangnya regulasi yang mendukung integrasi zakat ke dalam sistem ekonomi nasional.
Dampak Ekonomi dari Zakat: Teori dan Praktik
Zakat bukan sekadar bantuan sosial sesaat, tapi memiliki potensi sebagai penggerak ekonomi produktif jika dikelola secara profesional dan sistematis. Beberapa dampak nyata zakat terhadap perekonomian Indonesia antara lain:
- Mengurangi Kemiskinan dan Kesenjangan Sosial
Zakat secara langsung membantu kelompok masyarakat miskin dan rentan melalui distribusi dana konsumtif maupun produktif. Banyak program zakat yang tidak hanya memberikan bantuan langsung tunai, tapi juga membiayai kebutuhan pendidikan, kesehatan, hingga modal usaha kecil. Ini memberikan peluang bagi mustahik untuk bangkit dan menjadi muzakki di masa depan. - Pemberdayaan Ekonomi Umat
Zakat yang dikelola dalam bentuk program ekonomi seperti pelatihan wirausaha, pemberian modal usaha mikro, pendampingan UMKM, hingga program desa zakat telah terbukti mampu meningkatkan pendapatan dan kemandirian masyarakat. Beberapa LAZ (Lembaga Amil Zakat) bahkan telah mencatat adanya peningkatan signifikan pada taraf hidup mustahik setelah mengikuti program pemberdayaan ekonomi berbasis zakat. - Stabilisasi Sosial dan Ekonomi
Dalam situasi krisis seperti bencana alam atau pandemi, zakat menjadi solusi cepat tanggap untuk membantu masyarakat yang terdampak. Kecepatan distribusi dan fleksibilitas program menjadikan zakat lebih adaptif dibandingkan bantuan pemerintah yang seringkali terhambat birokrasi. - Mendukung Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs)
Zakat dapat berkontribusi pada beberapa tujuan SDGs, seperti pengentasan kemiskinan (goal 1), pendidikan berkualitas (goal 4), pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi (goal 8), serta mengurangi ketimpangan (goal 10). - Mengurangi Ketergantungan pada Bansos Negara
Dengan meningkatnya peran zakat dalam pemberdayaan masyarakat, maka beban negara dalam memberikan bantuan sosial dapat dikurangi. Hal ini membuka ruang fiskal bagi pemerintah untuk fokus pada pembangunan jangka panjang.
Strategi Penguatan Peran Zakat
Agar zakat dapat berkontribusi lebih signifikan dalam pembangunan ekonomi nasional, diperlukan strategi kolaboratif dan terintegrasi, antara lain:
- Peningkatan Literasi Zakat: Melalui kampanye digital, edukasi di sekolah dan masjid, serta kolaborasi dengan tokoh agama dan media.
- Digitalisasi Pengumpulan dan Penyaluran: Meningkatkan kemudahan pembayaran zakat melalui platform digital dan mobile banking untuk menjangkau lebih banyak muzakki.
- Sinergi antara Lembaga Zakat dan Pemerintah: Integrasi data, program, dan kebijakan agar distribusi bantuan lebih merata dan tepat sasaran.
- Penguatan Akuntabilitas dan Transparansi: Agar masyarakat semakin percaya dan terdorong untuk menunaikan zakat melalui lembaga resmi.
- Inovasi Program Zakat Produktif: Seperti pembiayaan mikro syariah, program ketahanan pangan, atau zakat berbasis wakaf (zawaf) untuk proyek jangka panjang.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini memang menunjukkan tren positif, namun tantangan ketimpangan sosial, kemiskinan, dan keterbatasan APBN tetap memerlukan solusi komplementer. Zakat hadir bukan hanya sebagai ibadah personal, tapi sebagai alat transformasi sosial dan ekonomi.
Dengan potensi yang sangat besar dan dampak yang nyata, zakat perlu dikelola secara strategis, profesional, dan kolaboratif. Pemerintah, masyarakat, dan lembaga pengelola zakat harus berjalan bersama dalam membangun sistem ekonomi yang tidak hanya tumbuh, tapi juga berkeadilan dan berkeadaban.
Karena sejatinya, kekuatan ekonomi tidak hanya diukur dari angka pertumbuhan, tetapi dari sejauh mana manfaatnya bisa dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat. Yuk tunaikan zakatmu di sini agar dampaknya makin luas dan bertumbuh.