Tag Archive Sekolah Guru Indonesia

ByDompet Dhuafa Sulsel

Dompet Dhuafa Sulsel Mewisuda 28 Guru di Polewali Mandar

MANDAR – Dompet Dhuafa Sulawesi Selatan melalui Sekolah Guru Indonesia mewisuda sebanyak 28 peserta program pelatihan School of Master Teacher Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat, Sabtu (19/12/2020).

Kegiatan berlangsung dengan memenuhi protokol kesehatan dan izin pemerintah setempat. Wisuda berjalan dengan khidmat. Selain dihadiri oleh Dewan Pembina Dompet Dhuafa, Pengurus Dompet Dhuafa Sulawesi Selatan, dan Pengurus Sekolah Guru Indonesia Wilayah Sulawesi Selatan, hadir pula Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Polewali Mandar, Hj Andi Nursami Masdar.

Hj Andi Nursami Masdar dalam sambutannya menyampaikan terima kasih kepada Dompet Dhuafa untuk sinergi di bidang pendidikan tersebut. Dia berharap, sinergi ini dapat memajukan dunia pendidikan di Kabupaten Polewali Mandar.

“Saya berharap para guru yang telah mengikuti pelatihan School of Master Teacher ini dapat mengaplikasikan ilmu yang didapat ke sekolah masing-masing. Dan, ilmunya juga dapat dibagi ke guru-guru yang lain,” ujarnya.

Kegiatan yang diadakan di Hotel Istana Kabupaten Polewali Mandar ini menandai berakhirnya program School Master Teacher yang telah berjalan selama sepuluh bulan.

Pimpinan cabang Dompet Dhuafa Sulawesi Selatan, Rahmat Hidayat, mengucapkan selamat kepada guru-guru yang telah berhasil menyelesaikan program School of Master Teacher yang harus berjalan selama sepuluh bulan karena pandemi.

“SMT ini mungkin program pelatihan terpanjang yang pernah kami adakan. Tapi, atas izin Allah dan kerja keras para tim, hari ini kita bisa mewisuda 28 guru-guru hebat yang berjiwa kreatif dan memiliki leadership,” katanya.

ByDompet Dhuafa Sulsel

Studium Generale School for Principal

STUDIUM GENERALE
SEKOLAH GURU INDONESIA DOMPET DHUAFA
PROGRAM SCHOOL FOR PRINCIPAL

Arah jarum jam menunjuk angka 9 ketika empat gadis cilik berbaju bodo berwarna kuning cerah menampilkan tari Mappadendang di hadapan para tamu dan undangan kuliah umum yang diselenggarakan oleh Dompet Dhuafa pada hari Ahad, 5 Juni 2016 bertempat di Gedung LAN Antang Lantai 2, ruangan Mustopadijaja.

Sebagai opening art, tari yang diiringi musik khas Bugis-Makassar tersebut ditampilkan oleh siswi-siswi yang merupakan anak didik dari beberapa alumni school of Master Teacher, salah satu program pembinaan guru Dompet Dhuafa yang mengabdi di SDN Tanggul Patompo, Kota Makassar. Sebagai pengisi acara dalam kuliah umum ini sebagian besarnya merupakan alumni dari program Dompet Dhuafa, seperti pembacaan ayat suci Al-quran, penampilan puisi, moderator serta pembicara talkshow.

Sebagai acara inti, kegiatan ini diisi Talkshow Pendidikan dengan menghadirkan Sekretaris Dinas Pendidikan, Jamal Abdi, kepala SDN Percontohan PAM, Burhanuddin Talib dan Astini yang merupakan alumni school of master teacher yang mengabdi di SDI Tangngassoe, Kabupaten Barru. Diskusi yang berlangsung hangat ini dipandu oleh Kartini, alumni Sekolah Guru Indonesia program Professional Class.

Selama kurang lebih 120 menit, talkshow berlangsung hangat dan menarik melalui diskusi bertema “Membangun sekolah unggul melalui 3P (Pengajar, Pendidik dan Pemimpin).  Dalam presentasinya, Jamal Abdi mengawali materinya dengan mengemukakan trisentra pendidikan yakni membangun pendidikan melalui satuan pendidian, keluarga dan masyarakat. “Untuk mewujudkan budaya sekolah  unggul, sekolah patut menjalin sinergitas dengan orang tua,” beliau menekankan pentingnya aspek keluarga dalam membangun budaya sekolah unggul.

Mewakili sudut pandang kepala sekolah, Burhanuddin Talib memaparkan upaya penerapan budaya unggul di sekolah mencakup aspek guru, orang tua dan siswa. “Pentingnya ada keterbukaan dan saling percaya antara kepala sekolah, guru dan orang tua siswa untuk mencapai tujuan bersama. Selain itu penting juga memberikan keteladan, sehingga kepala sekolah tidak hanya menginstruksikan tetapi juga memberikan contoh langsung” papar kepala sekolah yang sebelumnya bertugas di SD Gunung Sari tersebut.

Astini, dalam posisinya sebagai guru mengemukakan harapannya yang sangat besar terhadap para kepala sekolah untuk bersinergi dengan para guru dalam upaya mencapai tujuan pendidikan. Selain itu dengan kisah inspiratinya mengabdi sebagai guru di sebuah sekolah di pedalam kabupaten Barru, beliau amat menggugah perhatian hadirin.

Setelah talkshow berakhir pada pukul 12, calon peserta school  for principal sejumlah 15 orang yang merupakan hasil seleksi yang dilaksanakan pada 30 Mei lalu juga diresmikan oleh pimpinan Dompet Dhuafa. Peresemian peserta pada even kuliah umum ini, sekaligus menjadi tahap awal dimana para kepala sekolah yang terjaring akan mulai menjalani proses pembinaan hingga tiga bulan ke depan.

ByDompet Dhuafa Sulsel

Program School for Principal

Salah satu persoalan pendidikan yang sedang dihadapi bangsa kita adalah persoalan mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan. Berbagai usaha telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional, antara lain melalui berbagai pelatihan dan peningkatan kompetensi guru, pengadaan buku dan alat pelajaran, perbaikan sarana dan prasarana pendidikan, dan meningkatkan mutu manajemen sekolah. Namun demikian, Indikator mutu pendidikan belum menunjukkan peningkatan yang berarti. Sebagian sekolah, terutama di kota-kota, menunjukkan peningkatan mutu pendidikan yang mencakup menggembirakan, namun sebagian besar lainnya masih memprihatinkan.

Munculnya paradigma guru tentang manajemen berbasis sekolah yang bertumpu pada penciptaan iklim yang demokratis dan pemberian kepercayaan yang lebih luas kepada sekolah untuk menyelenggarakan pendidikan secara efisien dan berkualitas. Hal ini sangat diepengaruhi oleh gaya kepemimpinan di sekolah.

Seperti disebutkan Hersey dan Blanchard “kepemimpinan adalah proses mempengaruhi aktivitas seseorang atau kelompok untuk mencapai tujuan dalam situasi tertentu”. Overton berpendapat : “ leadership is ability to get work done with and through others while gaining their confidence and cooperation”. Pendapat pertama menekankan makna kepemimpinan sebagai proses mempengaruhi orang lain mencapai tujuan dalam suatu situasi. Sedangkan pendapat kedua menekankan fokus kepemimpinan terhadap kemampuan seseorang memperoleh tindakan dari orang lain. Dengan begitiu hakikat kepemimpinan juga merupakan kemampuan mempengaruhi orang.

Kendala-kendala yang terjadi di sekolah dengan krisis kepemimpinan sekolah saat ini menjadi alasan yang sangat kuat kelahiran program School for Principal – Dompet Dhuafa yang berkhidmat untuk meningkatkan kapasitas kepemimpinan kepala sekolah melalui keterampilan managemen dan supervisi pembelajaran. Harapannya adalah terciptanya kepemimpian sekolah dan kependidikan yang berdaya guna membangun kualitas sekolah dengan tujuan terwujudnya kepala sekolah yang memiliki kompetensi dasar, baik kompetensi dasar mengajar maupun kompetensi kepala sekolah serta kompetensi penunjang lainnya sehingga dapat menjalankan tugas memimpin sekolah. Kedua, membekali pengetahuan, pemahaman dan pengalaman praktis, efektif, efisien dan terarah bagi kepala sekolah dalam memimpin dan mengembangkan sekolah.

Selama kurang lebih 3 bulan pendidikan kepala sekolah di School for Principal peserta dibekali dengan materi dasar, materi lanjutan dan pembiasaan. Untuk memenuhi materi tersebut diturunkan menjadi lima tahapan. Pertama, workshop atau training diberikan classical atau outdoor dengan seorang trainer /mentor yang mengampu bidangnya. Adapun muatan training / workshop adalah: supervisi pengajaran dan evaluasi kinerja guru, penelitian tindakan sekolah, budaya sekolah, manajemen sekolah dan pengembangan kurikulum.

Kedua, Principal back to School (PBS) merupakan kegiatan praktek lapangan di sekolah untuk mempertajam keterampilan supervisi, menganalisa masalah di sekolah dan mengenalkan budaya sekolah dalam meningkatkan profesionalisme guru melalui pendampingan fasilitator dengan muatan: penilaian kinerja guru, forum diskusi sekolah dan proyek sosial

Ketiga, apel pagi yang bertujuan untuk meningkatkan kedisiplinan dan sebagai wadah informasi pengelola program dengan peserta program.

Keempat, Military Supercamp dengan tujuan untuk membentuk kepribadian disiplin, tim building, kesiapsigaan peserta SGI dalam rangka menumbuhkan profesionalisme keguruan.

Kelima, Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Sekolah (PPMBS) adalah konsep pemberdayaan berbasis sekolah, dimana peserta SGI membuat pemberdayaan masyarakat umumnya dan orangtua murid khususnya dalam ruang lingkup sekolah untuk perbaikan pendidkan.

Di akhir program, peserta diberikan tahap evaluasi melalui ujian sumatif, observasi lapangan dan ujian penelitian tindakan sekolah. Evaluasi bertujuan untuk mengetahui adanya peningkatan pengetahuan peserta  SGI sesudah perkuliahan dibandingkan dengan sebelum perkuliahan, Mengetahui keberhasilan program, Mendapatkan masukan dalam rangka penyempurnaan penyelenggaraan program dimasa yang akan datang.