Kurban Untuk Pelosok, Buruh Tani Di Desa Sawaru.

Daging masih menjadi bahan pangan yang mewah bagi sebagian masyarakat Indonesia. Karena harganya yang tinggi, tak semua orang dapat mengkonsumsinya setiap hari. Ada beberapa orang yang menikmati daging setahun sekali dalam moment idhul adha. Bahkan banyak pula wilayah di Indonesia yang ternyata tidak menikmati daging terlebih di wilayah pelosok.

Salah satunya adalah Desa Sawaru, Kecamatan Camba, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan. Desa Sawaru memiliki luas wilayah 13,13 km² dan jumlah penduduk sebanyak 2.239 jiwa. Desa Sawaru berstatus sebagai desa definitif dan tergolong pula sebagai desa swasembada. Meskipun dikatakan sebagai desa yang mampu menghasilkan pangan sendiri, nyatanya masih banyak masyarakat yang tidak terpenuhi kebutuhan pangannya termasuk mengkonsumsi daging. Hal ini dikarenakan banyak sebagian warganya tidak memiliki kemampuan ekonomi untuk membeli daging sapi.

Seperti kisah yang dirasakan oleh Nenek Cirring (50) yang sehari-hari bekerja sebagai buruh tani. Nenek Cirring hanya hidup seorang diri di Desa Sawaru. Nenek Cirring juga bercerita bahwa ia tak dapat lagi bekerja keras karena mengalami cidera tangan serius pasca jatuh ketika hendak giling padi.
Untuk mencukup hidupnya, Nenek Cirring membantu para petani menggarap sawah dan panggilan bertani lainnya. Sedangkan untuk menikmati daging sapi, Nenek Cirring hanya menerima jika ada kurban atau sedekah dari para warga.

Nenek Cirring hidup di rumah yang sangat sederhana. Rumah panggung yang keseluruhan terbuat dari kayu, beratapkan seng. Rumah miliknya juga hanya terdiri dari ruang tamu sekaligus ruang tidur serta dapur. Nenek Cirring sangat bersyukur karena adanya kurban di Desa Sawaru, “Saya senang sekali mendapatkan daging kurban ini,” ungkapnya.

Ketika ditanya ingin dibuat  apa dagingnya, Nenek Cirring menjawab “Saya akan jadikan dendeng biar bisa disimpan dan dikonsumsi lebih lama,” pungkasnya.

× Klik untuk bertanya