Setelah
sukses dengan World Cleanup Day tahun lalu pada 15 September 2018 yang
mengantarkan Indonesia menjadi Negara pertama yang memimpin aksi cleanup
terbesar di dunia. World Cleanup Up Day kembali digelar secara serentak di 157
negara pada 21 September 2019.
Aksi
yang diinisiasi pertama kali oleh organisasi masyarakat di Estonia, yang
disebut Let’s Do It, pada 2008, menjadi asal muasal lahirnya World Cleanup Day.
Aksi
ini secara serentak digelar di 34 provinsi di Indonesia, termasuk di 24
kabupaten/kota di Sulawesi Selatan.
Tahun
ini Dompet Dhuafa Sulsel menggandeng tujuh komunitas ikut melaksanakan World
Cleanup Day di Pulau Satando Kab. Pangkep. Kegiatan bersih-bersih ini dimulai
sejak pukul 9.30 hingga pukul 15.00 WITA.
Koordinator
WCD Dompet Dhuafa Sulsel, Syarif mengatakan, World Cleanup Day yang
dilaksanakan di Pulau Satando Kab. Pangkep diikuti oleh 70 relawan.
“Untuk
aksi bersih-bersih di Pulau Satando Kab. Pangkep kita dari Dompet Dhuafa Sulsel
mengandeng tujuh komunitas, yang terdiri dari DDV Sulsel, DDV Pangkep,
Komunitas Ojek Online Makassar, Ojek online Parepare, Komunitas Guru Untuk
Bangsaku, Sekolah Alam Islam Kamil, Celebes Medical, dan Volunteer lain,”
Tambah Syarif.
Tahun
ini, World Cleanup Day Indonesia mengambil tema Cleanup for Peaceful Indonesia,
hal ini dikarenakan pada tanggal 21 September juga merupakan hari ditetapkannya
International Day of Peace atau Hari Perdamaian International oleh PBB. Dengan
bermaksud menggandeng masyarakat dari berbagai pihak dan latar belakang, WCD
diharapkan menjadi momentum persatuan untuk semua orang berbuat baik untuk
bumi.
Pangkep
(12/9/2019), PT PLN (Persero) PUSMANPRO – UPMK V bekerja sama dengan Dompet
Dhuafa Sulsel merenovasi dermaga di Pulau Satando melalui Program Revitalisasi
Dermaga. Dermaga utama yang menjadi kebutuhan dasar bagi masyarakat nelayan di
sana telah rusak.
Pulau
Satando ini sendiri merupakan satu dari empat pulau yang berada di Desa Mattiro
Baji, Kecamatan
Liukang Tupabbiring, Kabupaten Pangkajene Kepulauan.
Dalam kesempatan ini hadir pula perwakilan
Pemerintah Desa dan Kecamatan serta Polsek setempat yang merasa terbantu dengan
kehadiran program dari PT PLN (Persero) PUSMANPRO – UPMK V dan Dompet Dhuafa Sulsel ini.
Rahmat
Hidayat, Pimpinan Cabang Dompet Dhuafa Sulsel, menerangkan bahwa Pulau Satando
ini merupakan ibu kota desa yang memiliki Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah
Atas, sehingga masyarakat dari pulau lain ke pulau ini untuk bersekolah.
Sehingga kehadiran dari dermaga pulau ini sangat penting untuk kita perhatikan.
Proses
renovasi dermaga Pulau Satando ini sendiri dimulai hari ini dan direncanakan
akan rampung dua pekan kedepan.
Kerja
sama antara PT PLN (Persero) PUSMANPRO – UPMK V dan Dompet Dhuafa Sulsel ini
bukan yang pertama kali. Adriuli selaku Manager PT PLN (Persero) PUSMANPRO –
UPMK V
Berharap
kerja sama antara kedua lembaga ini bisa tetap berjalan, karena menurutnya keduanya
memiliki visi yang sama. “Kami bekerja sama dengan Dompet Dhuafa karena merupakan
lembaga nirlaba, dan kita ingin kerja sama kami bisa lebih bermanfaat bagi
masyarakat”, tutup Adriuli.
Makassar, (4/9), Musibah kebakaran melanda kawasan pemukiman padat penduduk di Jl. Abu Bakar Lambogo, Makassar, Ahad, (1/9) lalu. Sejak hari itu hingga rabu (4/9) ini, tim relawan Dompet Dhuafa Sulsel hadir di lokasi kejadian untuk membantu para warga terdampak kebakaran dengan mendirikan Pos Hangat.
Melalui Pos Hangat ini tim relawan mendistribusikan makanan dan minuman hangat saat pagi dan malam hari. “Kami menyediakan bubur di pagi hari, untuk malam hari kami mengadakan kopi, teh, dan susu hangat,” ujar Syarif, relawan Dompet Dhuafa Sulsel. Ada empat kebakaran yang terjadi di Kota Makassar pada Ahad hari pertama di bulan September ini. Salah satu yang terparah terjadi di Jalan Abu Bakar Lambogo. Lima unit rumah habis terbakar dan delapan unit rumah rusak. Sebagai wujud dan realisasi visi dan misi program pemberdayaan, Dompet Dhuafa Sulsel sigap dengan mendirikan Pos Hangat di lokasi tersebut.
Diharapakan, dengan adanya Pos Hangat ini mampu meredam kegelisahan dan kekuatiran warga kekurangan bahan makanan akibat api yang melalap pemukiman mereka.
MAROS
– Dompet Dhuafa Sulawesi Selatan bekerjasama PMI Maros menyalurkan air bersih di Kecamatan Bontoa, Maros
(30/8/2019). Penyaluran air bersih sudah berlangsung sejak kemarin hingga malam
ini.
Berdasarkan
informasi dari Badan Meteorologi,
Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Klimatologi Kelas I Maros bahwa
diprediksikan kemarau tahun ini akan berlangsung hingga bulan November mendatang. Sehingga kekeringan
masih berlangsung lebih panjang. Maka Dompet Dhuafa pada tahun ini akan
berusaha membantu masyarakat korban kekeringan yang membutuhkan air bersih
dampak dari kemarau panjang.
Dompet
Dhuafa Sulsel, sebagai lembaga zakat yang melalui program sosial bencana
bekerjasama dengan PMI Maros menyalurkan sebanyak 20.000 liter atau 4 tangki air bersih di kecamatan
Bontoa melalui program “Air Untuk Kehidupan”.
Penanggung
Jawab Program Kebencanaan dan Kerelawanan Dompet Dhuafa Sulsel, Syarif,
mengatakan melalui program “Air Untuk Kehidupan” telah mendistribusikan 20.000
liter atau 4 tangki air bersih ke tiga desa di Kecamatan Bontoa, Maros.
Penyaluran air bersih mendahulukan desa-desa yang sangat membutuhkan air
bersih.
“Saat
ini ada tiga desa di Kecamatan Bontoa
yang telah menerima bantuan Air untuk Kehidupan dari Dompet Dhuafa
Sulsel. Penyaluran yang dilaksanakan sejak
kemarin tepatnya di Dusun Padaria Desa Ampekale dan Dusun Parasangeng
Beru Desa Pajukukang. Adapun penyaluran air bersih yang berlangsung hingga
malam ini berada di Dusun Pattalassang Desa Tunikamaseang.” ujar Syarif
Setiap
melakukan distribusi air bersih, biasanya setiap warga membawa wadah besar atau
membawa jerigen besar untuk menampung air bersih. Air tersebut digunakan untuk
masak, minum, maupun keperluan mandi.
Warga
yang mendapatkan bantuan air bersih sangat bersyukur dengan adanya bantuan air
bersih ini. Mereka berharap bantuan air bersih seperti ini akan selalu ada.
“Terima
kasih atas bantuan air bersihnya, biasanya kami ambil air sangat jauh dari
rumah atau terkadang kita harus membeli air. Alhamdulillah, kita bersyukur
dengan adanya bantuan penyaluran air bersih ini” ungkap Pak Halim salah satu
warga Desa Ampekale
Selain
di Kecamatan Bontoa, masih ada lagi wilayah di Maros yang mengalami kekeringan
diantaranya di Kecamatan Lau, Marusu dan Maros Baru. Rencananya Dompet Dhuafa
Sulsel juga akan mendistribusikan air bersih ke wilayah yang membutuhkan air
bersih di wilayah terdampak kekeringan di daerah tersebut.
Gowa-Masa tanggap darurat bencana banjir bandang dan longsor di Manado telah berakhir sejak Senin 4 Februari 2019, dan tercatat menelan 16 korban jiwa. Pencarian korban banjir dan tanah longsor pun telah dihentikan oleh tim gabungan pada 22 Januari 2019, empat belas hari pasca bencana alam menimpa Provinsi Sulawesi Selatan, khususnya Kabupaten Gowa.Namun berdasarkan informasi tim respon DMC (Disaster Management Centre) Dompet Dhuafa di lokasi bencana, cuaca dan situasi di lokasi bencana tersebut memang masih belum dapat diprediksi. Sehingga pada Kamis sore, 7 Februari 2019, banjir bandang dan longsor kembali menerjang Manado, Sulawesi Utara.
Selain melakukan evakuasi, Dompet Dhuafa turut melakukan Aksi Resik, mendirikan Dapur Umum dan mengoperasikan Pos Medis di pengungsian Masjid Syuhada, Desa Sapaya, Kecamatan Bungaya, Kabupaten Gowa. Tak luput turut mendistribusikan bantuan berupa paket logistik. Di Kabupaten Jeneponto, terdapat 350 jiwa di 5 (lima) titik pengungsian. Di Kabupaten Gowa terdapat 137 jiwa yang mengungsi di Masjid Syuhada, Desa Sapaya.
Antara lain sebanyak 30 paket logistik makanan ringan dan air mineral di Jenetallasa, Kecamatan Turatea, dan 178 paket kebutuhan pokok di Kelurahan Balang dan Kelurahan Monro Monro, Kecamatan Binamu, Kabupaten Jeneponto. Sedangkan di Kabupaten Gowa, distribusi bantuan logistik digulirkan sebanyak 55 paket kebutuhan bayi di pengungsian Masjid Syuhada, Desa Sapaya. (Dompet Dhuafa)
GOWA, SULAWESI SELATAN-Selain melakukan respon banjir di Makassar, Jeneponto, dan Gowa. Tim Relawan Dompet Dhuafa Sulsel dan DMC Dompet Dhuafa juga menyusur lokasi yang terisolir akibat banjir dan longsor. Salah satu daerah yang terisolir yaitu Sapaya, Kec. Bungaya, Kab. Gowa.
Dampak kejadian banjir yang disertai longsor mengakibatkan jembatan di Kec. Manuju terputus sehingga tidak bisa di lewati. Jembatan yang dimaksud adalah Jembatan Jenelata, Desa Moncongloe, Kec. Manuju, jalur penghubung Manuju ke Sapaya dan Jembatan Dusun Limoa Desa Patalikang Kec. Manuju, Gowa.
Sulitnya akses menuju ke Sapaya, Kec. Bungaya dikarenakan akses jalan utama terputus, membuat tim Dompet Dhuafa harus mencari jalur alternatif untuk ke lokasi bencana dengan cepat. Untuk mencapai daerah tersebut harus ditempuh dengan berjalan kaki.
Tim Dompet Dhuafa memilih menggunakan jalur dari Tasese yang merupakan akses terdekat menuju longsoran Sapaya, Kec. Bungaya, Kab. Gowa. Dimana akses melalui jalur tersebut bisa ditempuh dengan berjalan kaki selama 5 jam dibandingkan melalui jalur Patalikang yang harus ditempuh dengan 11 jam dengan jalan kaki untuk menembus daerah Sapaya.
Banyaknya reruntuhan bangunan, tanah longsor, maupun pohon tumbang membuat perjalanan dengan berjalan kaki makin berat. Di perjalanan, tim Dompet Dhuafa juga membantu membuka akses jalan yang tertimbun longsor dari Tasese menuju Sapaya sehingga dapat dilewati pejalan kaki dan motor.
Setelah menempuh perjalanan dengan berjalan kaki yang cukup melelahkan, akhirnya tim Dompet Dhuafa berhasil menembus lokasi bencana tanah longsor di Sapaya, Kec. Bungaya, Kab. Gowa. Tim respon Dompet Dhuafa Sulsel dan DMC Dompet Dhuafa juga langsung membantu warga untuk melakukan evakuasi jenazah yang tertimbun longsor di Pasar Sapaya, Kec. Bungaya, Kab. Gowa pada Jumat (25/1)
Meskipun berjalan kaki melewati medan yang berat dan ditambah kondisi hujan, tak mematahkan semangat para relawan Dompet Dhuafa untuk membantu saudara kita yang terkena bencana.